Sabtu, 01 Maret 2014

Sistem Pendidikan Indonesia



Posting kali ini mungkin gue bersikap agak serius, berbeda dari posting-posting sebelumnya yang asal-asalan.
Kali ini gue mau membahas Sistem Pendidikan Indonesia.

Merasa gak sih kalau pendidikan Indonesia itu lebih pada Quantitas dari pada Qualitas? 

Quantitas hari belajar di Indonesia itu yang paling banyak, bahkan termasuk salah satu negara yang paling mempunyai hari aktif belajar. Amerika serikat, dan negara-negara Eropa yang sudah maju juga tak punya hari pembelajaran sebanyak Indonesia. Karena mereka lebih mementingkan kualitas.

Qualitas pembelajaran Indonesia itu menurut gue, agak memaksa. Karena mereka mengenjot para pelajarnya untuk belajar secara berqualitas dengan memberi tugas-tugas bertumpuk yang bahkan mereka pun belum ngerti dan ditambah lagi jumlah hari belajar aktif per tahun yang sangat padat. 

Toh orang asing pasti bilang "WTF?! Indonesian Education sistem just doesn't make sense. WTF?!" Karena mereka tidak pernah mendapatkan perlakukan seperti itu di sistem sekolah mereka. 

Kita tuh seperti membuka kotak pandora. Di mana tindakan pemerintah itu niatnya baik dengan memberikan hari belajar banyak dan tugas banyak guna membuat anak-anak berpikir, tetapi tindakan itu ternyata ada beberapa konsekuensinya. 

Pelajar Indonesia itu gak semuanya kepintarannya sederajat lho. Berbeda-beda dalam setiap tingkatan. Jadi sudah pasti bakal ada satu golongan belajar yang jenuh dan stress karena niatan baik dari pemerintah itu, terus disinilah efek domino mulai berlangsung :

Berawal dari jenuh - stress - mencari cara untuk membebaskan stress - merokok - narkoba - free seks - dan ujung-ujungnya juga pasti bertentangan dengan niatan awal pemerintah tadi. 

Gue pernah merasakan sistem pelajaran di luar negri. Tepatnya di Dubai, UAE. Disana mereka tidak terlalu mementingkan quantitas tetapi lebih cenderung fokus pada qualitas. Mereka memberi hari libur yang namanya summer holidays, dimana liburan itu di adakan pada musim panas dan berlangsung selama tiga bulan. (Semua negara eropa dan negara maju juga mempunyai program ini) karena mereka tahu, kepenatan belajar itu bisa menurunkan kemampuan berpikir anak.

Dan sekarang gue sekolah di SMK dan udah menduduki kelas 3. Disini juga gue agak merasa aneh. 
Gue sekolah di SMK yang seharusnya fokus pada kompetensi dan kemampuan bekerja (Vocational School) tapi kita juga di paksa buat belajar pembelajaran yang tidak berkaiatan dengan kompetensi. Sedikit gila kan? plus membebankan? Kan namanya SMK ( Kejuruan) tapi mereka juga mengajar pelajaran lain yang tidak berhubungan dengan kejuruan itu. Udah gitu, hari pelajarannya padat banget.

Siapapun bisa penat lah, sepintar apapun orang itu. Gue yakin.

Berbeda jika kita bicarakan sistem pendidik Indonesia yang agak radikal dan sedikit gila ini. Pemerintah mau sistem pendidikannya berqualitas, tapi mereka juga mau berquantitas. Itu kedengarannya rakus yah? Mereka gak mandang kemampuan anaknya.

Kejenuhan belajar dapat membuat kemampuan berpikir anak menurun drastis, itu yang paling gue tegaskan disini. Bisa di ibaratkan dengan seekor burung yang terbang tinggi terus karena di hantam angin kencang dia jatuh menukik tajam dan menghantam bumi. 

Makanya, gue agak gak setuju sama sistem pendidikan Indonesia. M. Nuh selaku mentri pendidikan seharusnya menilik hal ini, dan bukan hanya setuju-setuju saja dengan program-program tanpa memandang reskionya juga. Ingatlah, qualitas belajar itu lebih penting daripada quantitas belajar.

Menciptakan manusia yang cerdas. Itu niatan mereka. Tapi dengan terus-menerus begini, gue rasa tujuan itu mustahil untuk di capai. Dan selama berabad-abad juga, tetap bakal mustahil.

Jadi maaf-maaf aja nih kalau yang merasa gak setuju sama pandangan gue. Tapi kita punya pandangan dan paradigmanya masing-masing mengenai masalah ini.

2 komentar:

  1. Setuju tapi bagaimana untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas? kita tahu semua kalo guru-guru yang mengajar kita itu belum tentu memiliki cara mengajar yang berkualitas. Walaupun mereka dari Universitas terkenal tapi itu gak menjamin. Apa perlu kita sekolah di luar negri dan meninggalkan negara indonesia yang sistem pendidikannya begini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu tuh! Pendidikan berqualitas itu yang terpenting adalah cara penyampaiannya. Singkat, padat, dan jelas. Tidak menghiraukan namanya bertele-tele. Jika kau punya uang, lebih baik ke luar negri karena lulusan di sana itu lebih berqualitas dari pada disini. Maaf maaf aja yah

      Hapus

Ayo agan-agan jomblo maupun yang engga, silahkan comment. Hatur Nuhun sa Nuhun nuhunna