Teruntuk
Kekasihku tercinta, Ratih Dewi Sujana.
Apa kamu tahu? Di
dinginnya malam kota Jakarta, aku jadi teringat setiap momen berharga yang aku
lalui bersamamu. Ditemani segelas teh manis panas yang menghangatkan tubuh, aku
mulai menuliskan cerita pendek ini.
Ratih, apa kamu
tahu? Saat pertama kali aku mengenalmu, hidupku dalam sekejap jadi lebih
berwarna. Ya, kamu mampu menambahkan goresan warna dalam kanvasku yang semula
kosong. Aku ingat saat kita pertama kali bertemu. Aku berdiri sambil membaca
buku komik Naruto saat menunggu kedatanganmu. Saat itu aku tidak begitu tahu seperti
apa sifatmu, seberapa tinggi badanmu, tapi hatiku begitu antusias ingin bertemu
denganmu. Bila aku boleh berkata jujur, jantungku berdegup kencang saat
menunggumu. Detik demi detik berlalu dan kamu tak kunjung datang juga. Tapi aku
tetap berdiri di tempatku, tak bergerak dari sana sembari mataku melirik kekiri
dan kanan, berusaha mencarimu.
Beberapa saat
kemudian, aku mendengar suara pertama yang keluar dari mulutmu.
“Hai” kamu
berkata. Kata singkat itu dihiasi dengan senyuman yang begitu menawan dan
ayunan tangan yang ramah.
Respon pertamaku
supel, aku tak mampu merangkai kata balasan yang cukup memikat. “Pendek juga
yah,” kataku sambil berdiri di sampingnya, mengukur perbandingan tinggiku
denganmu. Seharusnya aku mengomentari soal pakaian yang kamu kenakan hari itu,
tapi menurutku itu sedikit klise.
Kamu langsung
tertawa riang, suasana langsung menjadi cair. Pada momen singkat inilah, aku
jatuh cinta kepadamu. Boleh di bilang aku adalah orang yang kaku jika pertama
kali bertemu dengan perempuan, tapi denganmu, aku langsung merasa nyaman,
merasa bahwa kamulah tempat terbaikku untuk pulang.
Namun, dalam
setiap putih akan selalu ada hitam. Beberapa hari setelah kita bertemu, kamu
mengeluh menangis setiap malam. Saat aku bertanya mengapa, kamu menutup hatimu
rapat-rapat, seakan tak ada seorang pun yang boleh memasuki koridor rahasia hatimu.
Maka, yang bisa aku lakukan hanyalah memberimu waktuku, semangatku, dan
pundakku untuk menangis.
Namun sekuat-kuatnya
seseorang menahan kepedihan hatinya, akhirnya dia akan jatuh juga. Kamu
menangis dan menceritakan semuanya padaku, lalu memintaku untuk bertemu
denganmu. Maka aku melakukannya, tanpa berfikir panjang. Instingku berkata aku
harus ada untukmu, menemanimu saat harimu berubah kelam.
Kamu harus tahu,
malam sebelum kita bertemu, aku bingung harus melakukan apa esok. Atau apakah
aku harus merangkulmu saat kamu meledak dalam tangisan atau tidak. Tapi aku
melakukan apa yang seorang muslim biasa lakukan saat kebingungan. Aku shalat
dan berdoa.
Dari sana aku
belajar bahwa kita harus selalu serahkan semuanya pada kekuatan doa. Setelah
bertemu denganku, kamu langsung menjadi tenang. Dan kamu jatuh hati padaku.
Namun aku tahu belum sepenuhnya, tapi paling tidak aku mampu memasuki
celah-celah pintu hatimu yang semula tertutup rapat.
Kita kian dekat,
dan rasa dalam hatiku semakin tumbuh, begitu juga denganmu. Kita melewati bulan
demi bulan dalam kebahagiaan. Namun tak jarang jua kamu menangisi masa lalumu,
dan aku harus selalu memutar otak mencari ide-ide baru untuk membuatmu lupa
dengan lembaran masa lalu hidupmu itu.
Menghiburmu tidak
mudah. Selalu membutuhkan ide yang fresh.
Sering kali
berhasil … tak jarang juga gagal.
Hingga suatu saat
aku tak mampu membuatmu lupa, dan kamu terlepas dari rangkulanku begitu saja. Walau
kamu tidak memberitahu alasan sebenarnya mengapa kamu ingin mengakhiri
masa-masa indah kita, tapi aku sudah tahu. Aku tak bisa memaksamu terus
bersamaku saat fikiran serta hatimu masih menetap pada masa lalumu.
Tapi aku adalah
orang yang gigih dan tak mudah menyerah. Walaupun hatimu mengantung tak menentu
di dinding hati orang lain yang tidak begitu menghargai perasaanmu, tapi aku enggan
pergi dan terus berdiri di belakangmu. Siap mengangkatmu kala kamu menangis,
siap memayungimu kala harimu menjadi mendung, siap menenangkanmu kala kamu
gelisah. Siap memperjuangkan kamu.
Butuh waktu yang
lama agar kamu menyadari itu.
Kamu mungkin
tidak tahu, setiap malam, aku terus menangis dan berdoa agar kamu cepat
menyadari keberadaanku. Aku disini, setia menunggu, siap menerima kamu kembali
dalam pelukanku.
Tapi pada
akhirnya, kamu jatuh hati sepenuhnya padaku. Kamu menutup masa lalumu, dan siap
menuliskan kisah masa depanmu bersamaku. Dan itu merupakan momen paling
berharga dalam hidupku.
Dan hingga kini
kita masih bersama. Berdiri sama kuat, berpijak pada cinta yang terbentuk kokoh
dari nol. Saling mencintai, saling merindukan. Dalam setiap kesibukan pun, aku
selalu mendoakan kebaikan dan keselamatan untukmu. Tapi ada-ada saja yang
membuatmu ingat lagi pada masa lalumu, aku sempat kesal karena aku sudah
berusaha sekeras tenaga untuk membuatmu lupa. Tapi tak apa, selama aku mampu,
aku akan terus memperjuangkanmu hingga mimpi kita tercapai.
My Princess, we
make many beautiful and happy memories together. We have a common goal. Every love story is beautiful, but ours is my
favourite one. There will alwayas be people who hate us, mock us, joke us, we
cannot please everyone, but for me, your happiness is my top priority. Yakinlah
padaku bahwa aku akan menikahimu. Buanglah kata-kata orang yang membuatmu ragu.
Trust me with all your heart, that’s all I need J
Ratih Dewi
Sujana. Labuhkan perahumu dalam dermaga hatiku. Waktu berlayarmu sudah
berakhir, sudah cukup kamu menantang badai dan mengarungi lautan. Sudah cukup!
Kamu sudah menemukan tujuanmu terakhirmu. Angkat jangkarmu, ikat tali hatimu
pada hatiku. Dermaga hatiku memang tak terbuat dari emas atau perak atau logam
malah lainnya, tapi ia terbuat dari kelembuatan dan keramahan yang tulus, yang jauh
lebih berharga dari logam mulia apapun. Istirahatlah dalam dermaga hatiku.
I cried when I
wrote this …
Love
me without fear.
Trust
me without doubt.
Love
me without restrictions.
Want
me without demand
Accept
me how I am
Love
me to the fullest
I love you,
Alfi Nurzaki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Ayo agan-agan jomblo maupun yang engga, silahkan comment. Hatur Nuhun sa Nuhun nuhunna